Tinjauan
Bagi
Anda pecinta alam liar, berkunjung ke Taman Nasional Lore Lindu kiranya
wajib masuk daftar tujuan petualangan berikutnya. Berlokasi di dua
kabupaten yaitu Donggala dan Poso di Sulawesi Tengah. Lore Rindu adalah
taman nasional yang menyajikan alam megah untuk dijelajahi.
Dengan luas sekira 231.000 hektar, di sini berdiam flora dan fauna endemik langka Sulawesi yang tidak bisa Anda temui di belahan dunia lain. Secara sekaligus akan Anda jumpai kawasan pegunungan, danau, rawa dan hutan sekaligus dalam perpaduan lengkap dan utuh. Ada juga Danau Lindu di kaki Gunung Nokilalaki dengan ketinggian 2355 m dpl. Danau tersebut menjadi sumber mata pencaharian nelayan setempat yang menvari ikan air tawar.
Untuk kepentingan pengunjung, taman nasional ini dilengkapi kantor, pondok jaga, pos jaga, pintu gerbang, pusat informasi, camping ground, wisma tamu, menara pandang, shelter, jalan trail, dan lainnya.
Kawasan ini memiliki berbagai tipe ekosistem hutan yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya adalah ekosistem hutan pamah tropika dengan curah hujan tinggi, ekosistem hutan pegunungan bawah, ekosistem hutan pegunungan, dan ekosistem dengan komposisi jenis yang berbeda. Taman Nasional Lore Lindu memiliki curah hujan antara 2000-3000 mm per tahun di bagian utara dan 3.000-4.000 mm per tahun di bagian Selatan. Suhunya bekisar antara 22-34°C dengan kelembaban udara rata-rata 86% serta kecepatan angin rata-rata 3,6 km per jam. Puncak tertinggi kawasan ini berada di Gunung Rore katimbu sekira 2.600 m dpl.
Diperkirakan ada 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis amfibia yang hidup di kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Dari jumlah tersebut 50% merupakan endemik Sulawesi, seperti kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), babi rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi (Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo (Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis), kangkareng sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas (Elaphe erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).
Fauna yang tumbuh di kawasan ini juga beragam. Beberapa jenis yang termasuk endemik adalah wanga dan leda. Tanaman leda sering digunakan sebagai bahan kosmetik kecantikan karena mempunyai bau yang harum. Ada pula tumbuhan sejenisrotan (Calamus spp), pohon Ara (Ficusspp), Aren (Arenga pinnata), damar (Agathis damara) dan kantung semar (Nephentessp), serta Pangi (Pangium edule) yang buahnya merupakan bahan makanan atau lebih dikenal dengan nama rawon.
Dengan luas sekira 231.000 hektar, di sini berdiam flora dan fauna endemik langka Sulawesi yang tidak bisa Anda temui di belahan dunia lain. Secara sekaligus akan Anda jumpai kawasan pegunungan, danau, rawa dan hutan sekaligus dalam perpaduan lengkap dan utuh. Ada juga Danau Lindu di kaki Gunung Nokilalaki dengan ketinggian 2355 m dpl. Danau tersebut menjadi sumber mata pencaharian nelayan setempat yang menvari ikan air tawar.
Untuk kepentingan pengunjung, taman nasional ini dilengkapi kantor, pondok jaga, pos jaga, pintu gerbang, pusat informasi, camping ground, wisma tamu, menara pandang, shelter, jalan trail, dan lainnya.
Kawasan ini memiliki berbagai tipe ekosistem hutan yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya adalah ekosistem hutan pamah tropika dengan curah hujan tinggi, ekosistem hutan pegunungan bawah, ekosistem hutan pegunungan, dan ekosistem dengan komposisi jenis yang berbeda. Taman Nasional Lore Lindu memiliki curah hujan antara 2000-3000 mm per tahun di bagian utara dan 3.000-4.000 mm per tahun di bagian Selatan. Suhunya bekisar antara 22-34°C dengan kelembaban udara rata-rata 86% serta kecepatan angin rata-rata 3,6 km per jam. Puncak tertinggi kawasan ini berada di Gunung Rore katimbu sekira 2.600 m dpl.
Diperkirakan ada 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis amfibia yang hidup di kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Dari jumlah tersebut 50% merupakan endemik Sulawesi, seperti kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), babi rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi (Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo (Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis), kangkareng sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas (Elaphe erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).
Fauna yang tumbuh di kawasan ini juga beragam. Beberapa jenis yang termasuk endemik adalah wanga dan leda. Tanaman leda sering digunakan sebagai bahan kosmetik kecantikan karena mempunyai bau yang harum. Ada pula tumbuhan sejenisrotan (Calamus spp), pohon Ara (Ficusspp), Aren (Arenga pinnata), damar (Agathis damara) dan kantung semar (Nephentessp), serta Pangi (Pangium edule) yang buahnya merupakan bahan makanan atau lebih dikenal dengan nama rawon.
Taman Nasional Lore Lindu mendapat dukungan dan bantuan teknis internasional setelah ditetapkan sebagai cagar biosfir atau paru-paru dunia oleh UNESCO tahun 1977.
Tidak hanya kaya sumber daya alam dan
hayati, taman nasional ini juga menyimpan sisa peradaban megalitik dan
merupakan salah satu monument megalitik terbaik di Indonesia. Sekitar
431 situs megalitik peninggalan peradaban Lembah Besoa di Taman Nasional
Lore Lindu tersebut terlihat harmonis berdampingan dengan alam liar yang
megah. Anda dapat mengamati beragam peninggalannya berupa patung
manusia, jambangan besar (kalamba), piringan (tutu’na), batu-batu
cembung (batu dakon), mortir batu dan tiang penyangga rumah
dengan ukuran yang berbeda-beda. Saat ini sebagian peniggalan tersebut
masih berdiri kokoh dengan kondisi yang baik dan diperkirakan usianya
ratusan tahun.
Di sekitar taman nasional ini juga masih
berdiam beberapa suku lokal Kaili yang meliputi: Kaili Ledo, Kaili Ija,
Kaili Ado, kaili Moma, Kaili Tohulu, dan Kaili Da'a. Semua suku
tersebut merupakan keturunan suku Ash. Selain itu, ada juga warga
pendatang dari luar seperti suku Bugis, Jawa, Toraja dan Bali.
Kegiatan
Selain menjelajahi alam liar di Taman Nasional Lore Lindu, Anda juga
dapat menyaksikan atau melakukan penelitian keanekaragaman flora dan
fauna di sini.
Taman Nasional Lore Lindudapat juga menjadi lokasi yang tepat untuk lintas hutan, pengamatan satwa, jungle tracking, foto hunting, hiking, berkemah, memancing, air terjun. Mengapa tidak Anda mengunjungi peninggalan megalitik di Lembah Besoa,Lembah Saluki, Lembah Bada dan Lembah Napu.
Danau Lindu, Gimpu, Wuasa, dan Bada, adalah beberapa lokasi untuk bersampan sembari mengamati berbagai jenis burung. Gunung Nokilalaki, Gunung Rorekatimbo, dan Sungai Lariang, adalah lokasi untuk merasakan sensasi berkemah di hutan liar sekaligus berarung jeram. Di Dongi-dongi dan Kamarora, Anda bisa berkemah, berendam di air panas dan melakukan pengamatan satwa. Di Danau Lewuto Anda dapat melihat peninggalan mayat Moradino.
Kunjungi juga Desa Pakuli berjarak 40 km ke arah Selatan dan kota Palu. Di sini Anda dapat menyaksikan burung maleo, burung gosong, cabak sulawesi, kapasan sulawesi, kepodang ungu, dan tungging putih. Desa Pakuli merupakan wilayah penyangga Taman Nasional Lore Lindu yang menjadi rumah dari sekira 287 dan 415 jenis bahan tumbuhan obat tradisional. Tersedia Pondok pengobatan tradisional, kebun obat, jembatan gantung, penangkaran Maleo, dan shelter.
Taman Nasional Lore Lindudapat juga menjadi lokasi yang tepat untuk lintas hutan, pengamatan satwa, jungle tracking, foto hunting, hiking, berkemah, memancing, air terjun. Mengapa tidak Anda mengunjungi peninggalan megalitik di Lembah Besoa,Lembah Saluki, Lembah Bada dan Lembah Napu.
Danau Lindu, Gimpu, Wuasa, dan Bada, adalah beberapa lokasi untuk bersampan sembari mengamati berbagai jenis burung. Gunung Nokilalaki, Gunung Rorekatimbo, dan Sungai Lariang, adalah lokasi untuk merasakan sensasi berkemah di hutan liar sekaligus berarung jeram. Di Dongi-dongi dan Kamarora, Anda bisa berkemah, berendam di air panas dan melakukan pengamatan satwa. Di Danau Lewuto Anda dapat melihat peninggalan mayat Moradino.
Kunjungi juga Desa Pakuli berjarak 40 km ke arah Selatan dan kota Palu. Di sini Anda dapat menyaksikan burung maleo, burung gosong, cabak sulawesi, kapasan sulawesi, kepodang ungu, dan tungging putih. Desa Pakuli merupakan wilayah penyangga Taman Nasional Lore Lindu yang menjadi rumah dari sekira 287 dan 415 jenis bahan tumbuhan obat tradisional. Tersedia Pondok pengobatan tradisional, kebun obat, jembatan gantung, penangkaran Maleo, dan shelter.
Transportasi
Taman Nasional Lore Lindu dapat dicapai dengan kendaraan roda empat
melalui rute Palu-Kamarora (50 km) dengan waktu tempuh 2,5 jam,
Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan Wuasa-Besoa (50 km) empat jam. Palu-
Kulawi (80 km) enam jam.
Perjalanan di kawasan taman nasional dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik kuda melalui rute Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki (Sidaonta)-Danau Lindu selama satu hari.
Perjalanan di kawasan taman nasional dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik kuda melalui rute Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki (Sidaonta)-Danau Lindu selama satu hari.
Akomodasi
Salah
satu akomodasi yang paling dekat dengan Taman Nasional Lore Lindu
berada di Desa Wuasa. Di sini terdapat dua penginapan yakni penginapan
Sendy dan Monalisa, kedua penginapan tersebut bertarif antara Rp75.000,-
hingga Rp 100.000,-
Tips
Kunjungan terbaik ke Taman Nasional Lore Lindu adalah bulan Juli hingga September. Anda juga bisa menyaksikan atraksi budaya di luar Taman Nasional Lore Lindu saat Festival Danau Lindu dan Festival Danau Poso pada bulan Agustus.Untuk mendapatkan izin masuk TNLL, sebelumnya Anda harus pergi ke Balai Taman Nasional Lore Lindu di Palu di alamat berikut.:
Kantor Taman Nasional Lore Lindu
Jl. Moh. Yamin (Depan Pertamina Jalur II)
Palu, Sulawesi Tengah
Telp./Fax.: (0451) 423608
Palu, Sulawesi Tengah
Telp./Fax.: (0451) 423608
Klik >> Sumber*
0 komentar:
Posting Komentar